Kamis, 06 Oktober 2016

KITA, BUKAN PRODUK KW

KITA, BUKAN PRODUK KW
Oleh: YM

Sempurnanya kemanusiaan manusia di muka bumi ini adalah ketika ada petunjuk yang membimbingnya ke jalan yang benar, karena tanpa petunjuk, manusia menjadi lebih sesat dari binatang. Al-Quran adalah petunjuk yang memberitahukan ke mana seharusnya “langkah manusia” diarahkan. Inilah hikmah kenapa Allah menyebutkan Al-Quran lebih dahulu daripada penciptaan Insan di dalam Surat Ar-Rahman.
Manusia mungkin saja menemukan kebenaran dengan akalnya, namun akal bukan petunjuk aman yang selalu benar menunjukkan jalan. Akal manusia bisa salah, sedangkan Al-Quran tidak akan pernah salah. Karena itu tidak ada alasan sedikit pun bagi seorang muslim untuk sekedar berfikir bahwa akal adalah segalanya, apa yang tidak dijangkau akal adalah tidak ada. Karena manusia punya akal, dan karena akal manusia itu berbeda-beda, maka terjadilah perbedaan, yang satu menyatakan “ini benar”, yang lain menyatakan “ini salah”. Akhirnya yang terjadi adalah membuat jalan tengah dengan mengatakan “Kebenaran itu relatif”, yang mengatakan bahwa “Pencipta tidak ada” sah, yang mengatakan sebaliknya pun sah karena “Kebenaran itu relatif”. Mereka yang belum “dewasa pemikirannya” mungkin menerima, tapi sesaat setelah pemikiran mereka dewasa, akal mereka sendiri yang akan menolaknya, Insya Allah.
            Manusia mungkin juga menemukan kebenaran dengan hatinya, namun ini juga bukan petunjuk aman yang selalu menunjukkan jalan yang benar. Hati manusia sifatnya tidak menentu dan tidak selalu menuju kepastian akan kebenaran hakiki. Contoh, coba Anda tanyakan kepada 10 orang, jika seorang yang mencuri dikenakan suatu hukuman berupa dipotong salahsatu tangannya, bagaimana pendapatnya? Maka sebagian diantara mereka pasti ada setuju dan menolak dengan alasannya masing-masing. Ada yang tidak setuju dengan alasan rasa kasihan, iba, tidak berperikemanusiaan. Di sisi lain pasti ada yang setuju dengan alasan karena bencinya dengan kasus pencurian atau dianggap merugikan. Kemudian saya bertanya pada Anda, Siapa yang benar? Maka Anda dan sekian pembaca lainnya pasti masih akan berbeda pendapat. Mengapa demikian? Karena alasan-alasan keduanya tidak menghantarkan kita kepada kebenaran yang hakiki.
            Lantas bagaimanakah seharusnya prinsip kebenaran itu diraih manusia? Bagaimanakah seharusnya langkah seorang manusia mencari dan menentukan kebenaran? Dalam konteks ini, sejatinya cara berfikir seorang mukmin adalah tidak berhenti begitu saja pada kesimpulan akalnya, kenapa? Karena Allah telah menciptakan perangkat untuk mencari “Kebenaran”. Manusia terlahir include dengan perangkat ini, sepatutnya kita bersyukur atas apa yang telah Allah ciptakan dalam diri kita, dan salah satu bentuk syukur kita kepadaNya atas nikmat perangkat yang Allah berikan ini adalah dengan mempergunakan dan memfungsikannya sebaik mungkin. Perangkat-perangkat tersebut adalah akal, hati dan wahyu.
Jika akal mungkin salah dalam berfikir, jika hati/nurani mungkin tertutup nafsu, maka, keduanya adalah jalan yang kurang aman untuk sampai kepada kebenaran. Maka, wahyu/syariat lah satu-satunya jalan yang aman untuk sampai kepada kebenaran, karena Allah lah yang menciptakannya. Karenanya, sekalipun akal dan hati nurani dikombinasikan, tetap saja belum cukup mampu untuk mendeteksi kebenaran ketika wahyu tidak disertakan. Wahyu Allah lah yang mampu menghantarkan kita pada kebenaran mutlak dan hakiki.
Hal lain yang harus kita ingat adalah bahwa bentuk nyata dari Wahyu Allah saat ini adalah Al-Qur’an. Sehingga, Al-Quran menjadi suatu syarat mutlak dan  pedoman wajib bagi setiap orang yang dirinya ingin benar dan mencari kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran yang semu yang mudah kalah-patah dengan logika, realita, dan akhir masa manusia (baca:maut).
Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya:
“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan/hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu” (Q.S.. Al-Muminun: 71)
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (Q.S. Al-Baqarah:147)

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 2)
juga terdapat dalam ayat lainnya, Q.S. 2.178 ; 14.52 ; 5.48 ; 10.37, dsb

Jelas kita pahami bahwa Al-Qur’an merupakan satu-satunya petunjuk yang layak dijadikan pedoman kita sebagai manusia untuk berpikir, bersikap, dan bertindak. Sudah sangat jelas juga, kita diciptakan Allah, ibarat produk maka sudah kemestiannya menggunakan petunjuk dari Pencipta / Pembuatnya. Betapa tidak, Al-Quran ini merupakan suatu kitab yang tersusun atas panduan lengkap dan sempurna tentang manusia, alam semesta, dan seisinya. Memandu langkah-langkah manusia dari berbagai bidangnya, mengatur urusan-urusan manusia dari hidup hingga matinya, berisikan pelajaran sejarah peradaban manusia dari zaman ke zamannya. Sudah sangat banyak studi di abad modern ini yang mengkaji kebenaran petunjuk wahyu Allah ini, mulai dari bidang iptek, sosial, biologi, hukum, astronomi, dsb. Semuanya telah memberikan Cap bahwa 80% isi Al-Qur’an adalah BENAR, 20% sisanya belum dapat dibuktikan/belum sepenuhnya bisa diuji karena belum cukupnya kemampuan teknologi dan akal mereka untuk menjangkau pengujiannya, dan dikarenakan juga isinya berkaitan dengan kehidupan akhirat dan ayat-ayat mutasyabihat. Inilah sifat dari petunjuk hidup yang benar, selain Luhur dan Mulia, juga bersifat logis, ilmiah dan original. Dan jika Anda melihat dan memahami kedalaman isinya dari awal sampai akhir, Anda akan melihat ketakjuban yang menggetarkan potensi akal dan nurani Anda.
Ibarat barang Ori dan KW, mayoritas orang memilih barang KW karena harganya murah. Walaupun kualitas seadanya, perusahaannya abal-abal, garansi tidak jelas, “ASAL JADI”. Mungkin itu gambaran mengenai Al-Qur’an saat ini. Realitanya tetap saja banyak manusia yang tidak memilih Al-Quran sebagai petunjuk hidupnya, sekalipun Al-Quran ini adalah THE BEST MANUAL BOOK EVER BEEN MADE, Allah sendiri menyebutkannya sebagai Rahmatan Lil Alamin. Kebanyakan manusia tetap saja memilih Produk Abal-abal dan Murahan, efeknya tentu saja akan membawa pemegangnya kepada kerendahan, kehinaan, kecelakaan-karena tidak bergaransi, kerugian-karena sudah dibeli/dibayar dan tertipu-karena produsennya tidak jelas alias abal-abal.
Rujukan : Q.S. 6.4-6 ; 7.53 ; 7.176 ; 10.108 ; dsb
Dan “Produk KW” (baca:petunjuk selain AQ) yang sedang jadi Tranding Topic di masrayakat saat ini adalah ; Hawa Nafsu, Prasangka, Kebanyakan Orang, Nenek Moyang.

            Alasan lain manusia yang belum memilih Al-Qur’an jadi petunjuk hidupnya adalah karena mereka belum mengimani Al-Qur’an. Iman itu diyakini oleh hati, diucapkan oleh lisan, dilakukan oleh perbuatan. Mereka belum yakin artinya ragu, mereka belum berucap artinya membisu, mereka belum melakukan  artinya diam.
Lalu kenapa sampai terjadi keraguan? Bisa jadi mereka ragu karena belum mengenal sepenuhnya. Akal mereka masih belum paham apa fungsi Al-Qur’an itu, hati mereka masih asing menerima Al-Quran-itu-sebagai Hudalinnas, lisan mereka masih kelu dan malu untuk mengatakan Al-Quran Panduan saya, perbuatan mereka masih berat untuk melangkah pada kebenaran Al-Quran. Sehingga dekatkanlah mereka pada Al-Quran agar mereka bisa turut merasakan manisnya beriman.
           
            Bagi kita semua yang masih memantapkan diri , memilih petunjuk hidup mana yang akan ditetapi, yakinlah terhadap jalan hidup kebenaran menurut wahyu Illahi. Janganlah kita rendahkan diri kita dengan meng- “KW-kan” diri dengan petunjuk hidup selain dari Allah. Buatlah diri kita berharga dan mulia dengan adanya iman kepada Allah dengan dasar-dasar petunjuknya, yaitu Al-Quranul Kaarim. Semoga kita semua Allah tetapkan sebagai orang terus menetapi Al-Quran sebagai rangkaian internal dalam hidup kita. Aamiin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APAKAH KAMU MENYESALI PILIHANMU MENJADI ORANG YANG BERIMAN?

 Assalamualaikum Wr Wb Sahabat Iman yang dirahmati Allah SWT. Diantara konsekwensi menjadi orang beriman (memilih untuk beriman) adalah mend...