Kamis, 06 Oktober 2016

KITA, BUKAN PRODUK KW

KITA, BUKAN PRODUK KW
Oleh: YM

Sempurnanya kemanusiaan manusia di muka bumi ini adalah ketika ada petunjuk yang membimbingnya ke jalan yang benar, karena tanpa petunjuk, manusia menjadi lebih sesat dari binatang. Al-Quran adalah petunjuk yang memberitahukan ke mana seharusnya “langkah manusia” diarahkan. Inilah hikmah kenapa Allah menyebutkan Al-Quran lebih dahulu daripada penciptaan Insan di dalam Surat Ar-Rahman.
Manusia mungkin saja menemukan kebenaran dengan akalnya, namun akal bukan petunjuk aman yang selalu benar menunjukkan jalan. Akal manusia bisa salah, sedangkan Al-Quran tidak akan pernah salah. Karena itu tidak ada alasan sedikit pun bagi seorang muslim untuk sekedar berfikir bahwa akal adalah segalanya, apa yang tidak dijangkau akal adalah tidak ada. Karena manusia punya akal, dan karena akal manusia itu berbeda-beda, maka terjadilah perbedaan, yang satu menyatakan “ini benar”, yang lain menyatakan “ini salah”. Akhirnya yang terjadi adalah membuat jalan tengah dengan mengatakan “Kebenaran itu relatif”, yang mengatakan bahwa “Pencipta tidak ada” sah, yang mengatakan sebaliknya pun sah karena “Kebenaran itu relatif”. Mereka yang belum “dewasa pemikirannya” mungkin menerima, tapi sesaat setelah pemikiran mereka dewasa, akal mereka sendiri yang akan menolaknya, Insya Allah.
            Manusia mungkin juga menemukan kebenaran dengan hatinya, namun ini juga bukan petunjuk aman yang selalu menunjukkan jalan yang benar. Hati manusia sifatnya tidak menentu dan tidak selalu menuju kepastian akan kebenaran hakiki. Contoh, coba Anda tanyakan kepada 10 orang, jika seorang yang mencuri dikenakan suatu hukuman berupa dipotong salahsatu tangannya, bagaimana pendapatnya? Maka sebagian diantara mereka pasti ada setuju dan menolak dengan alasannya masing-masing. Ada yang tidak setuju dengan alasan rasa kasihan, iba, tidak berperikemanusiaan. Di sisi lain pasti ada yang setuju dengan alasan karena bencinya dengan kasus pencurian atau dianggap merugikan. Kemudian saya bertanya pada Anda, Siapa yang benar? Maka Anda dan sekian pembaca lainnya pasti masih akan berbeda pendapat. Mengapa demikian? Karena alasan-alasan keduanya tidak menghantarkan kita kepada kebenaran yang hakiki.
            Lantas bagaimanakah seharusnya prinsip kebenaran itu diraih manusia? Bagaimanakah seharusnya langkah seorang manusia mencari dan menentukan kebenaran? Dalam konteks ini, sejatinya cara berfikir seorang mukmin adalah tidak berhenti begitu saja pada kesimpulan akalnya, kenapa? Karena Allah telah menciptakan perangkat untuk mencari “Kebenaran”. Manusia terlahir include dengan perangkat ini, sepatutnya kita bersyukur atas apa yang telah Allah ciptakan dalam diri kita, dan salah satu bentuk syukur kita kepadaNya atas nikmat perangkat yang Allah berikan ini adalah dengan mempergunakan dan memfungsikannya sebaik mungkin. Perangkat-perangkat tersebut adalah akal, hati dan wahyu.
Jika akal mungkin salah dalam berfikir, jika hati/nurani mungkin tertutup nafsu, maka, keduanya adalah jalan yang kurang aman untuk sampai kepada kebenaran. Maka, wahyu/syariat lah satu-satunya jalan yang aman untuk sampai kepada kebenaran, karena Allah lah yang menciptakannya. Karenanya, sekalipun akal dan hati nurani dikombinasikan, tetap saja belum cukup mampu untuk mendeteksi kebenaran ketika wahyu tidak disertakan. Wahyu Allah lah yang mampu menghantarkan kita pada kebenaran mutlak dan hakiki.
Hal lain yang harus kita ingat adalah bahwa bentuk nyata dari Wahyu Allah saat ini adalah Al-Qur’an. Sehingga, Al-Quran menjadi suatu syarat mutlak dan  pedoman wajib bagi setiap orang yang dirinya ingin benar dan mencari kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran yang semu yang mudah kalah-patah dengan logika, realita, dan akhir masa manusia (baca:maut).
Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya:
“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan/hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu” (Q.S.. Al-Muminun: 71)
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (Q.S. Al-Baqarah:147)

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah : 2)
juga terdapat dalam ayat lainnya, Q.S. 2.178 ; 14.52 ; 5.48 ; 10.37, dsb

Jelas kita pahami bahwa Al-Qur’an merupakan satu-satunya petunjuk yang layak dijadikan pedoman kita sebagai manusia untuk berpikir, bersikap, dan bertindak. Sudah sangat jelas juga, kita diciptakan Allah, ibarat produk maka sudah kemestiannya menggunakan petunjuk dari Pencipta / Pembuatnya. Betapa tidak, Al-Quran ini merupakan suatu kitab yang tersusun atas panduan lengkap dan sempurna tentang manusia, alam semesta, dan seisinya. Memandu langkah-langkah manusia dari berbagai bidangnya, mengatur urusan-urusan manusia dari hidup hingga matinya, berisikan pelajaran sejarah peradaban manusia dari zaman ke zamannya. Sudah sangat banyak studi di abad modern ini yang mengkaji kebenaran petunjuk wahyu Allah ini, mulai dari bidang iptek, sosial, biologi, hukum, astronomi, dsb. Semuanya telah memberikan Cap bahwa 80% isi Al-Qur’an adalah BENAR, 20% sisanya belum dapat dibuktikan/belum sepenuhnya bisa diuji karena belum cukupnya kemampuan teknologi dan akal mereka untuk menjangkau pengujiannya, dan dikarenakan juga isinya berkaitan dengan kehidupan akhirat dan ayat-ayat mutasyabihat. Inilah sifat dari petunjuk hidup yang benar, selain Luhur dan Mulia, juga bersifat logis, ilmiah dan original. Dan jika Anda melihat dan memahami kedalaman isinya dari awal sampai akhir, Anda akan melihat ketakjuban yang menggetarkan potensi akal dan nurani Anda.
Ibarat barang Ori dan KW, mayoritas orang memilih barang KW karena harganya murah. Walaupun kualitas seadanya, perusahaannya abal-abal, garansi tidak jelas, “ASAL JADI”. Mungkin itu gambaran mengenai Al-Qur’an saat ini. Realitanya tetap saja banyak manusia yang tidak memilih Al-Quran sebagai petunjuk hidupnya, sekalipun Al-Quran ini adalah THE BEST MANUAL BOOK EVER BEEN MADE, Allah sendiri menyebutkannya sebagai Rahmatan Lil Alamin. Kebanyakan manusia tetap saja memilih Produk Abal-abal dan Murahan, efeknya tentu saja akan membawa pemegangnya kepada kerendahan, kehinaan, kecelakaan-karena tidak bergaransi, kerugian-karena sudah dibeli/dibayar dan tertipu-karena produsennya tidak jelas alias abal-abal.
Rujukan : Q.S. 6.4-6 ; 7.53 ; 7.176 ; 10.108 ; dsb
Dan “Produk KW” (baca:petunjuk selain AQ) yang sedang jadi Tranding Topic di masrayakat saat ini adalah ; Hawa Nafsu, Prasangka, Kebanyakan Orang, Nenek Moyang.

            Alasan lain manusia yang belum memilih Al-Qur’an jadi petunjuk hidupnya adalah karena mereka belum mengimani Al-Qur’an. Iman itu diyakini oleh hati, diucapkan oleh lisan, dilakukan oleh perbuatan. Mereka belum yakin artinya ragu, mereka belum berucap artinya membisu, mereka belum melakukan  artinya diam.
Lalu kenapa sampai terjadi keraguan? Bisa jadi mereka ragu karena belum mengenal sepenuhnya. Akal mereka masih belum paham apa fungsi Al-Qur’an itu, hati mereka masih asing menerima Al-Quran-itu-sebagai Hudalinnas, lisan mereka masih kelu dan malu untuk mengatakan Al-Quran Panduan saya, perbuatan mereka masih berat untuk melangkah pada kebenaran Al-Quran. Sehingga dekatkanlah mereka pada Al-Quran agar mereka bisa turut merasakan manisnya beriman.
           
            Bagi kita semua yang masih memantapkan diri , memilih petunjuk hidup mana yang akan ditetapi, yakinlah terhadap jalan hidup kebenaran menurut wahyu Illahi. Janganlah kita rendahkan diri kita dengan meng- “KW-kan” diri dengan petunjuk hidup selain dari Allah. Buatlah diri kita berharga dan mulia dengan adanya iman kepada Allah dengan dasar-dasar petunjuknya, yaitu Al-Quranul Kaarim. Semoga kita semua Allah tetapkan sebagai orang terus menetapi Al-Quran sebagai rangkaian internal dalam hidup kita. Aamiin.




HAKIKAT IMAN KEPADA RASUL ALLAH


A.    Makna Iman kepada Rasul Allah
Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, yaitu laki-laki yang dipilih Allah untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kewajiban menyampaikan wahyu atau membawa misi tertentu, disebut nabi. Jika diikuti dengan kewajiban menyampaikan wahyu atau membawa misi tertentu, disebut rasul. Allah berfirman sebagai berikut:
Artinya: “Kami tiada mengutus Rasul Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, Maka Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S al-Anbiya: 7)
Seorang rasul diwajibkan bertabligh (menyampaikan) syariat agama kepada masyarakat, sedangkan seorang nabi tidak. Seorang nabi hanya diwajibkan memberitahukan kepada masyarakat bahwa dirinya adalah nabi. Dia hanya memberi penerangan tentang syariat seorang rasul, terutama mengenai perkara yang gaib. Para nabi dan rasul itu adalah hamba-hamba Allah yang paling utama.

B.     Kebutuhan Manusia kepada Rasul Allah
Setiap mukmin menerima keberadaan Allah serta percaya adanya aturan yang sempurna dan indah di dalam alam raya. Matahari ditakdirkan untuk menerangi seluruh alam. Akal dan jiwa manusia memerlukan penerang hati berupa petunjuk. Banyak perkara yang sulit dipahami oleh akal pikiran manusia. Akal manusia memang tidak akan pernah sanggup memahami tentang Allah. Oleh karena itu, para nabi dan rasul sebagai utusan Allah bertugas memberikan tuntunan tentang siapa Allah SWT. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita sembah. Adapun firman Allah SWT adalah sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (Q.S. Fatir: 24)
Dari firman Allah di atas dapat kita pahami bahwa pada dasarnya manusia memerlukan rasul sebagai pembawa tuntunan dan petunjuk. Berikut ini adalah hal-hal yang berhubungan mengapa manusia memerlukan seorang rasul:
1)        Iman kepada yang Gaib
Maksudnya adalah mengesakan Allah, sifat-sifat-Nya, ayat-ayat yang menunujukkan kesempurnaan-Nya, dalam bentuk ibadah.
2)        Cara-cara mencapai Kebahagiaan
Setiap orang mendambakan kehidupan yang menyenangkan dan menggembirakan. Setelah kehidupan dunia, ada kehidupan akhirat yang abadi, yaitu surga dan neraka. Keyakinan terhadao kehidupan di akhirat kelak menjadi pendorong yang paling kuat sesidah iman kepada Allah SWT.
3)        Tataa Cara Beribadah
Para rasul itu diutus menetapkan tata cara beribadah kepada Allah SWT dan berbagai ketentuan lainnya agar tidak menyimpang dari ketentuan-Nya. Dengan demikian, ada kesatuan dan keselarasan usaha agar dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu, diperlukan rasul yang dapat memberikan petunjuk dan menjadi contoh teladan.


C.    Misi  Diutusnya Rasul Allah
Misi diutusnya rasul untuk manusia adalah sebagai berikut:
1.    Membimbing ketauhidan, yaitu mengakui keesaan, keagungan dan kekuasaan Allah SWT;
2.    Membimbing umat manusia agar memiliki akhlak mulia, yaitu kebiasaan untuk melakukan hal-hal baik yang diperintahkan oleh Allah;
3.    Menetapkan hukum-hukum dan segala peraturannya yang harus diikuti oleh manusia selama hidupnya;
D.    Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi Terakhir
Sebelum mengangkat seseorang menjadi nabi, Allah sudah menyiapkan dan memelihara kepribadian orang tersebut. Dengan demikian, dia memiliki kepribadian yang sempurna, memiliki jiwa yang utuh, nalar yang kuat, dan akhlak yang mulia. Abu Bakar al-Jazairi mengemukakan bahwa ada tiga syarat jika seseorang diangkat oleh Allah menjadi nabi atau rasul, yaitu:
1.    Al-Misaliyah (Keteladanan)
Seorang yang akan diangkat menjadi nabi atau rasul haruslah memiliki kemanusiaan yang sempurna, baik fisik, akal pikiran, maupun rohani.
2.    Syaraf an-Nasab (Keturunan yang Mulia)
Seseorang yang akan diangkat menjadi nabi atau rasul harusla berasal dari keturunan yang mulia. Maksudnya, dia jauh dari segala bentuk kerendahan budi dan hal-hal lain yang akan menjatuhkan martabat serta nilai-nilai kemanusiaannya.
3.    ‘Amil az-Zaman (Dibutuhkan Zaman)
Kehadiran nabi atau rasul memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Nabia atau rasul berfungsi untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala kerusakan masyarakat, dan mengembalikan umat manusia pada kehidupan yang sesuai dengan fitrah penciptanya.
Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai nabi dan rasul yang terakhir, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudah beliau. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S al-Ahzab: 40)
            Sebagai nabi dan rasul terakhir, Nabi Muhammad SAW telah menyempurnakan agama Allah yang diajarkan secara bertahap oleh para nabi dan rasul sebelumnya sehingga menjadi sempurna. Beliau diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai hari kiamat nanti. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Q.S. Saba’: 28)

KITA ITU APA?

KITA ITU APA?
By TII
Beberapa minggu kebelakang kita semua di gemparkan dengan bencana banjir bah di Garut. Bagaimana perasaan anda ketika mendengar kabar bahwa di Garut terjadi banjir bah yang cukup parah. Mungkin ada yang merasa iba, kasihan, turut berduka, tapi mungkin juga ada yang biasa saja seolah tidak punya rasa. Tapi selain dari apa yang anda rasakan, pernahkah anda berfikir kenapa bencana tersebut bisa terjadi?  Ada yang menjawab “ya itu karena fenomena alam semata”, halooo memangnya alam punya kehendak untuk melakukannya? Memang alam itu sesuatu yang memiliki kehendak yang melakukan apa yang di inginkannya? Mari kita fikirkan, karena sejatinya kita adalah manusia, tentunya anda semua pernah belajar di sekolah bahwa manusia itu adalah makhluk yang sempurna yang telah di berikan akal sehat yang berfungsi untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, selain manusia mempunyai akal manusia juga di berikan nafsu yaitu sesuatu yang mempunyai kecenderungan mengikuti apa yang menjadi keinginan dan ketidakinginan tanpa melihat standar benar ataupun salahnya.  Maka dari itu sudah selayaknya kita selaku manusia menggunakan akal kita untuk memikirkan apa yang terjadi dialam ini.
Peristiwa Garut juga mengingatkan saya selaku penulis tentang kejadian 26 Desember 2004, ada yang ingat kejadian apakah itu? Jika jawaban anda adalah peristiwa Tsunami di Aceh maka benar sekali, dengan di awali gempa 9,2 SR terus gelombang tsunami yang mencapai ketinggi 30 Meter, dan memakan korban lebih dari 230.000 jiwa. Kira-kira dengan data diatas apakah itu hanya semata-mata kehendak Alam? Kalau bukan kehendak alam lantas kehendak siapa? Apa kehendak manusia? Kalau itu kehendak manusia kira-kira dengan teknologi seperti apa bisa membuat gempa sedasyat itu dan gelombang tsunami setinggi itu? Dan kira-kira apa motivnya? Sehingga memakan korban 230.000 jiwa. Mungkin saja ada yang jawab begini “Bisa menggunakan teknologi nuklir bawah laut”, lalu kalau itu benar, ada beberapa pertanyaan lagi, kapan itu disimpan? Kedalaman berapa menyimpannya? Menggunakan alat apa menyimpannya? Dengan kekuatan ledak yang seperti apa dilakukannya? Siapa yang menyimpannya? Dan kenapa tidak bekas rasdiasi ledakan nuklir dilautan? Sejauh ini kita tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan saya diatas. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa peristiwa Tsunami Aceh itu juga bukanlah kehendak manusia. Kalau bukan kehendak alam dan manusia lantas kehendak siapa? Anda tentunya mengetahui bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan, keberadaan alam semesta bukanlah kehendak alam itu sendiri dan juga bukan kehendak dari manusia, bahkan pernahkah anda berfikir kehendak siapakah anda ada dimuka bumi ini? Saya pastikan itu bukan kehendak anda.
Artinya ada satu pihak yang maha berkehendak dan yang melakukan itu semua, menciptakan alam semesta termasuk manusia didalamnya. Kita biasa menyebutnya dengan Sang Kholiq, Sang Pencipta alam semesta ini, yang Maha Berkehendak kepada semua ciptaan-Nya, yang tidak ada satupun yang bisa menjadi tandingan-Nya, yang Maha Berkuasa atas segala kehendak-Nya. Artinya kita bisa mengetahui bahwa sesungguhnya semua bencana yang terjadi itu baik banjir bah Garut, ataupun tsunami Aceh itu merupakan kehendak dari Sang Kholiq. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah kenapa Sang Kholiq menghendaki demikian? Adakah kesalahan yang telah dilakukan penghuni alam semesta ini? Lalu kalau ada siapakah yang berbuat demikian? Dan kesalahan apa yang telah di perbuatnya? Tentunya tidak akan ada bencana kalau tidak ada sebabnya, pastinya ada kesalahan yang telah di perbuat penghuni alam semesta ini, khususnya berarti penghuni bumi. Lalu penghuni bumi mana yang berbuat salah, anggap saja penghuni bumi itu adalah manusia, hewan dan tumbuhan. Apakah tumbuhan berbuat kesalahan? Lalu kesalahan seperti apa yang dilakukan tumbuhan padahal tumbuhan sendiri relatif tidak bergerak dan tidak berbuat apa-apa, jawabannya tentu bukan kesalahan tumbuhan. Lalu apakah kesalahan hewan? Bagaimana hewan bisa berbuat kesalahan sedangkan hewan sendiri berbuat hanya melakukan apa yang menjadi nafsunya, tidak mempunyai akal untuk membedakan perilaku benar dan salah. Berarti jawabannya juga bukan hewan.
Berarti satu-satunya pilihan yaitu manusia, lalu kesalahan apa yang telah di perbuat manusia sehingga Sang Kholiq berkehendak memberikan bencana kepada manusia? Untuk menjawabnya mari kita lihat kembali sejarah-sejarah yang terjadi ketika Sang Kholiq memberikan bencana (adzab) kepada manusia terdahulu, contoh manusia terdahulu yang saya kutip dari Al-Qur’an adalah kaum Nabi Nuh, Hud, Sholeh, dan Luth. Kenapa saya mengutip dari Al-Qur’an karena saya yakin Al-Qur’an adalah sumber yang benar yang datang dari Sang Kholiq melalui malaikat kepada Rasul untuk menjadi pedoman dan petunjuk hidup manusia. Saya yakin dengan Al-Qur’an dan mengikuti sunnah dari Rasul perbuatan saya ini bisa dipertanggung jawabkan kelak diakhirat nanti, justru kalau tidak demikian saya yakin saya akan celaka. Yang saya ketahui tentang kaum Nuh, kaum Hud (‘Add), Kaum Sholeh (Tsamud), dan kaum Luth (Shodom) mereka adalah kaum yang diberikan bencana besar oleh Sang kholiq pencipta Alam semesta ini, di mulai dari banjir bandang terbesar sepanjang sejarah manusia, Angin yang dasyat dengan bunyi gumuruh yang menggelegar sehingga mereka tertimbun pasir dan binasa, dihancurkan dengan guntur-guntur sampai hancur lebur, sampai ditenggelamkan kedalam bumi. Lalu apa yang dilakukan oleh mereka sehingga sang kholiq memberikan bencana yang begitu sangat dasyat?
Kalau kembali merujuk kepada Al-Qur’an ternyata mereka tidak mau mendayagunakan Akal untuk melaksanakan ayat-ayat Sang Kholiq (Alloh), mendustakan utusan Alloh (Rasul) bertindak sesuai dengan keinginan hawa nafsunya, tidak jauh berbeda seperti binatang. Binatang berbuat demikian karena memang tidak punya akal, tapi ini manusia yang di berikan akal malah lebih mengedepankan hawa nafsu, perilakunya sungguh bodoh sekali bahkan bukan hanya bodoh tetapi itu adalah sesuatu yang sangat hina sekali, karena bertindak selayaknya binatang yang tidak mempunyai akal. Mereka berbuat sesuai apa yang diinginkannya bukan apa yang dikehendaki oleh Alloh, padahal Alloh telah banyak berbuat baik kepada manusia, coba anda hitung berapa banyak kebaikan Alloh yang telah diberikan kepada manusia? Saya yakin anda tidak dapat menghitungnya. Lalu alasan apa yang bisa dibenarkan agar manusia tidak mengikuti apa yang diinginkan oleh Alloh dan malah mengikuti kehendak dirinya? Jawabnya tidak ada. Sehingga salah manusia jika tidak mengikuti kehendak Alloh. Lalu kaitanya dengan bencana yang terjadi di Bumi indonesia apa? Dari penejelasan sebelumnya bahwa terjadinya bencana merupakan kehendak Alloh karena manusia tidak menggunakan akalnya untuk memikirkan apa yang sebenarnya dikehendaki Alloh, malah mereka berbuat sesuai dengan hawa nafsunya selayaknya binatang.
Selanjutnya mari kita lihat perilaku manusia saat ini, khususnya di Indonesia. Kita lihat saja banyak kemaksiatan terjadi, begitu sangat banyak korban pemerkosaan bahkan dibawah umur, begitu banyak kasus pembunuhan, begitu banyak orang yang mengikuti keinginan nafsunya bukan memikirkan apa yang Alloh inginkan. Untung saja kita tidak diberikan bencana yang sedasyat kaum Nabi Nuh, Hud, Sholeh atau Luth, karena kalau kita diberikan bencana yang demikian musnahlah kita semua yang ada sekarang. Lalu memang apa yang diinginkan oleh Alloh? Tidak banyak, Alloh  hanya ingin manusia beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukanya, menjalankan semua apa yang diperintahkannya dan menjauhi semua apa yang dilarangnya dalam Al-Qur’an sesuai dengan sunnah Rasul. Tidak memilih-milih perintah dan larangan yang akan di lakukan. Beribadah dengan penuh keikhlasan. Karena kita ada manusia adalah makhluk yang telah Alloh Ciptakan dengan diberikan akal. Kalau kita mau menggunakan akal kita maka saya yakin kita semua akan menjadi mulia, tatapi jika tidak demikian saya yakin kita akan hina bahkan lebih rendah dari binatang. Sedikit saya mengingatkan kembali bahwa sebenarnya manusia telah melakukan perjanjian dengan Alloh di Alam Rahim, isinya kurang lebih manusia itu berjanji akan menjadi hamba Alloh dan mengelola bumi sesuai dengan apa yang diinginkan Alloh yaitu mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Artinya sudah menjadi kewajiban kita selaku manusia untuk beribadah kepada Alloh. Betapa hina dan celakanya kita ketika tidak mau beribadah kepada Alloh, bahkan kita bisa disebut makhluk yang tidak bersyukur (kuffur) ketika tidak mau beribadah kepada Alloh atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada manusia.
Jadi kalau melihat judul artikel diatas “Kita itu apa?” Silahkan teman-teman yang membaca simpulkan sendiri kita itu apa. Semoga dengan adanya artikel ini bisa menyadakan kita semua bahwa “KITA ITU APA”.
Demikian tulisan ini saya buat semoga mendapatkan hikmah.





Rabu, 05 Oktober 2016

KITA PASTI KE SANA

KITA PASTI KE SANA
by: Moellyana Elhaq

Hidup manusia di dunia hanyalah sementara, pada akhirnya setiap manusia akan menemui kematian meninggalkan segala-galanya di dunia ini. Pertanyaannya, kemanakah manusia setelah mati?.

Kematian adalah akhir kehidupan manusia di alam dunia namun merupakan awal dari babak baru kehidupan manusia melanjutkan pejalanannya  di alam berikutnya yaitu alam kubur, lalu alam mahsyar dan terakhir di alam akherat.

Kehidupan manusia kelak di alam setelah alam dunia sangatlah berbeda. Kalau di dunia ini manusia terlahir sebagai seorang bayi yang tidak bisa apa apa selain menangis sambil meronta-ronta. Lalu tumbuh menjadi seroang anak yang mulai bisa memahami sesuatu, lalu menjadi remaja, sekolah lalu kuliah, bekerja, berumah tangga dan beranak pinak, menjadi tua, sakit-sakitan, menjadi pikun dan pada akhirnya mati. Di alam berikutnya nanti manusia tidak akan mengalami itu semua, lalu apa yang dilakukan manusia nanti?.Bagaimanakah perjalanan manusia berikutnya?

Alam Kubur, dialam kubur ini semua manusia sejak zaman Nabi adam (manusia pertama) sampai manusia  yang terakhir mati menunggu datangnya hari kiamat (hancurnya alam semesta),menunggu dalam hitungan waktu yang sangat panjang. Dialam kubur ini ada dua tempat dimana manusia menunggu, pertama ada  tempat yang namanya ‘ala ‘illiyyin yaitu sebuah tempat yang tenang aman dan nyaman, tempat ini adalah ruang tunggu yang disediakan bagi manusia manusia yang ketika hidupnya didunia dia  berjalan diatas kebenaran, mereka mendayagunakan potensi akalnya dan mereka beriman kepada  Allah dan melaksanakan apa yang Allah inginkan meskipun itu bertentangan dengan hawa nafsu mereka. Kedua, tempat ini disebut dengan asfala safilin, sebuah tempat menunggu yang sangat teramat tidak nyaman, penuh dengan penderitaan dan kesedihan serta ratapan  penyesalan yang tiada artinya lagi. Asfala safilinin ditempati oleh manusia-manusia yang semasa hidupnya didunia keluar dari kebenaran dan fitrahnya sebagai hamba Allah, mereka yang hidupnya jauh dari petunjuk Allah sehingga berperilaku seperti binatang yang selalu memperturutkan hawa nafsunya dengan mengabaikan akal sehatnya, maka mereka menempati tempat ini hingga datangnya hari kiamat.

Alam mahsyar, dialam ini seluruh manusia melakukan pejalanan yang sangat panjang dengan kondisi pejalanan yang sangat berat. Bayangkan, dialam mahsyar ini matahari ada 7 dengan jarak sejengkal diatas kepala,,manusia merasakan panas yang tidak dapat dibayangkan dengan kata-kata, lalu manusia tenggelam dalam lautan peluh mereka sendiri. Dengan bebondong-bondong Manusia dialam mahsyar ini menempuh perjalanan diliputi kebingungan, ketakutan, kehausan, kelaparan dan sangat mengharapkan ada yang bisa menolong mereka terlepas dari penderitaannya. Hanya golongan manusia  yang semasa hidupnya di dunia berjalan diatas kebenaran yang Allah wahyukan  dalam Kitabnyalah yang akan mendapatkan pertolongan berupa syafaat Nabi Muhammad SAW. Sementara manusia yang hidup didunianya tersesat maka tetaplah mereka dalam penderitaan tanpa ada yang menolong mereka. Di Alam Mahsyar ini pun manusia akan menerima kitab Amalan hidupnya, ditimbang amal baik dan buruknya,  lalu diadili untuk mempetanggungjawabkan semuanya, semua rentetan kejadian dialam mahsyar ini adalah rangkaian moment yang membuat semua manusia diliputi kekhawatiran yang sangat  besar  tentang bagaimana nasib mereka pada akhirnya. Sungguh Alam yang sangat menakutkan.


Yang terakhir Alam akherat, Alam akherat merupakan alam dimana manusia harus mempertanggungjawabkan hidupnya didunia. Segala pebuatan manusia didunia akan mendapat balasan, baik perbuatan yang benar maupun perbuatan yang salah, baik pebuatan yang kecil maupun yang besar semuanya akan dimintai pertanggungjawaban dan akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bila manusia hidup didunia ini dijalani dengan cara yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan oleh Allah yaitu mengabdi kepada Allah, mengikuti petunjuk yang Allah turunkan yaitu Al-Quran dan mengikuti contoh yang Allah turunkan yaitu para rosul, maka Manusia akan mendapatkan balasan berupa kebahagian dan keridhaan Allah yaitu Surga. Dengan kata lain manusia yang hidupnya benar maka akan mendapatkan keselamatan di akherat. Sebaliknya apabila hidup manusia di dunia tidak sesuai dengan tujuan dia diciptakan, tidak mengikuti petunjuk Allah yang dibawa rosul maka manusia akan mendapatkan kemurkaan Allah dan diberi hukuman yang berat, dengan kata lain manusia yang hidup di dunianya menempuh jalan yang salah maka akan celaka di akherat.

Meyakini Adanya kehidupan setelah dunia ini yaitu alam akherat adalah salah satu rukun Iman, maka manusia yang mengaku beriman kepada Allah wajib pula meyakini adanya akherat. Bahkan sesungguhnya sekalipun manusia tidak meyakini adanya akherat tetap saja dia akan memasuki alam akherat dan mengalami pertanggungjawaban dan mendapatkan balasannya.

Kehidupan di Alam akherat adalah suatu kepastian, Oleh karena itu, marilah kita gunakan hidup kita di dunia ini untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akherat. Nasib kita di akherat nanti sangat ditentukan oleh bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Jangan sia-siakan hidup kita di dunia ini, manfaatkan sebaik mungkin dengan melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan yaitu melakukan apa-apa yang Allah perintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Itulah cara yang benar untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di akherat nanti.

Bagaimanakah kondisi manusia yang celaka di akherat? Bagi mereka di sediakan sebuah tempat yang namanya Neraka. Di neraka itu manusia menjadi makhluk yang paling menderita, mereka merasa lapar dan haus yang teramat sangat, lalu mereka tidak bisa memakan dan minum kecuali makanan yang yang berduri dan minuman berupa air nanah bercampur darah yang mendidih. Setiap detik yang mereka lewati adalah saat – saat yang diliputi kepanasan tak terkira, saking panasnya badan mereka hancur sehancurnya, lalu terbantuk lagi, terbakar lagi dan hancur lagi. Demikianlah itu teus tejadi dalam waktu yang sangat lama, satu hari di akherat sama dengan seribu tahun di dunia, maka alangkah menderitanya manusia yang hidup didunianya salah sehingga diakherat mendapat balasan berupa neraka.

Gambaran siksaan di Neraka dalam Al-Quran :
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).(4:10)

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab (4:56)

Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang dzalim.
(7:41)

pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
(9:35)

Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,(14:50)

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang dzalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
(18:29)
Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah adzab yang membakar ini"(22:22)


Bagaimanakah kondisi manusia yangmendapatkan keselamatan di akherat? Bagi manusia yang berhasil mempertanggungjawabkan maka Allah akan membalas mereka dengan diberikan hadiah berupa tempat tinggal yang penuh dengan segala fasilitas kenikmatan, itulah surga dan mereka tinggal di sana untuk selama-lamanya. Mereka yang tinggal dalam surga bisa menikmati aneka makanan dan minuman yang kenikmatannya tidak pernah dirasakan didunia, Istana yang megah dan Indah, paa pelayan yang selalu siap melayani sepenuh hati, sungai-sungai yang mengalir, taman-taman bunga yang indah, Bidadari yang cantik dan berbagai kenikmatan yang lainnya yang sangat banyak. Selain Segala kenikmatan tersebut, ada lagi kenikmatan yang merupakan puncak dari segala kenikmatan di surga yaitu Bertemu dengan Allah, menatap wajah Allah, itulah kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang sesungguhnya.


Gambaran kenikmatan di surga dalam Al-Quran :

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (2:25)

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).(15:45)

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah; (18:31)

Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.
(19:62)

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh ke dalam surga-surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. (22:23)
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.(36:55-58)

Demikianlah sebagian gambaran kondisi manusia yang selamat di akherat.






APAKAH KAMU MENYESALI PILIHANMU MENJADI ORANG YANG BERIMAN?

 Assalamualaikum Wr Wb Sahabat Iman yang dirahmati Allah SWT. Diantara konsekwensi menjadi orang beriman (memilih untuk beriman) adalah mend...