Minggu, 20 Maret 2016

MANUSIA MULIA Vs MANUSIA HINA

Kebenaran akan membawa pada kemuliaan dan kesalahan (kebathilan) akan menggiring pada kehinaan. Manusia akan dipandang mulia apabila melakukan perbuatan-perbuatan yang benar, sebaliknya manusia akan dipandang hina apabila melakukan hal-hal yang salah.                                                       Manusia dengan akal gharizinya mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, ketika dalam diri manusia muncul dorongan-dorongan hawa nafsu maka manusia bisa mengetahui bagaimana cara yang benar dalam memenuhi dorongan hawa nafsunya tersebut. Apabila manusia mengikuti dorongan hawa nafsunya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah cara yang dia tempuh itu benar atau salah maka tentu saja perilaku manusia akan menyamai binatang. Pada binatang adalah hal wajar dan normal apabila mengikuti hawa nafsunya dan berbuat sesuai kebiasaannya. Sedangkan pada manusia akan menjadi tidak wajar dan tidak normal apabila mengikuti hawa nafsunya dengan cara yang salah. Maka  pada saat itulah manusia dikatakan menjadi hina.
Contoh ketika manusia lapar,  benarnya manusia adalah memenuhi dorongan lapar itu dengan cara memakan makanan yang merupakan miliknya, bila dia memakan makanan yang bukan haknya berarti dia mencuri dan itu adalah salah maka hinalah dia ketika itu.
Contoh lain misalnya apabila seseorang (manusia) merasakan dorongan hawa nafsu syahwat kepada lawan jenis. Dia akan menjadi hina apabila menyalurkan hawa nafsunya itu kepada istri/ suami orang lain, atau kepada anak kandungnya, atau kepada anak kandung orang lain atau bahkan kepada binatang sekali pun. Nah, lain lagi kalau binatang, karena dia tidak memiliki akal gharizi maka bagi binatang tidak berlaku benar dan salah tidak berlaku mulia dan hina, sekali pun binatang melampiaskan hawa nafsu syahwatnya pada lawan jenis nya seenaknya ganti,melakukan dimana saja dengan siapa saja maka bagi binatang itu bukan kehinaan,bagi binatang itu adalah kebiasaanya, normal dan wajar. Tapi apabila manusia berperilaku seperti binatang maka bisa dikatakan bahwa manusia lebih rendah dari binatang, itu adalah kehinaan bagi manusia.

Bagaikan dua buah Mobil dikemudiakan dua orang sopir yang berbeda yang melaju di jalan menurun, mobil A  ada remya dan Mobil B tidak ada remnya, pada saat di ujung jalan ada sebuah tembok  dan kedua mobil tersebut sama-sama menabrak tembok sehingga temboknya rusak begitupun dengan bagian depan mobilnya maka pertanyaannya: mana sopir yang lebih rendah derajatnya? Tentu jawabannya adalah Sopir mobil A (yang ada remnya) memiliki derajat lebih rendah dari Sopir mobil B (yang tanpa rem). Mobil yang tidak ada remnya wajar saja menabrak tembok. Lalu kenapa mobil yang ada remnya koq menabrak tembok juga? Berarti remnya tidak dipakai,dengan sengaja sopir tidak menginjak remnya, atau dengan sengaja mau mencelakakan dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

APAKAH KAMU MENYESALI PILIHANMU MENJADI ORANG YANG BERIMAN?

 Assalamualaikum Wr Wb Sahabat Iman yang dirahmati Allah SWT. Diantara konsekwensi menjadi orang beriman (memilih untuk beriman) adalah mend...